HELLO, I'M DINDA :) THIS IS MY OFFICIAL PAGE. THANK'S FOR VISITTING MY PAGE. ENJOY!

Monday, March 26, 2012

Dear Rio

Disore yang dingin ini, aku sedang duduk disebuah bangku taman, aku hanya duduk sendiri, tanpa siapa pun di dekatku, aku hanya ditemani oleh suara semilir angin yang berhembus menerbangkan dedaunan sedari tadi. Aku sedang menunggu seseorang sambil membaca novel tebal yang ada di depan ku saat ini, sampai sebuah suara mengalihkan pandangan ku. "Ocha.." terlihat seorang laki-laki bertubuh cukup tinggi dengan kulit sawo matangnya dan matanya yang kecoklatan memanggilku. Ia terlihat begitu, emh.. manis di mataku. "Sini yo!" balasku sambil melambaikan tangan. Rio, ya laki-laki yang selama ini menjadi sahabat karibku, dan seseorang yang selama ini juga selalu mengisi hatiku. Ia berjalan mendekati ku "Udah lama ya, Cha? maaf ya, gue ngaret, biasalah ada urusan sama Luna dikit, abisnya dia tadi ngambek sama gue.." Seketika saja aku menghentikan pembicaraannya yang akan panjang lebar tentang Luna. "Stop deh yo, kamu tuh tiap hari ceritanya sama melulu, bosen nih aku yang ngedengernya". Memang, Rio dan Luna adalah sepasang kekasih yang sudah cukup lama menjalin hubungan, tetapi tidak tahu mengapa, mereka selalu saja bertengkar, entah apa yang mereka ribut kan. Setiap Rio bercerita tentang Luna, hati ku begitu terasa tersayat-sayat tapi apa boleh buat, Rio menyayangi Luna lebih dari Ia menyayangi ku.
"Sekarang kita mau kemana nih Cha?". "Gimana kalo ke perpustakaan kota, anterin aku nyari buku tentang Jepang yuk". Aku sangat menyukai tentang kebudayaan Jepang, mulai dari bahasanya, tempat-tempatnya, sampai cara berpakaian mereka yang cukup unik. "Duh, lo ga bosen-bosen yah nyari tahu tentang Jepang, udah berapa buku cobak lo baca? sampe mata lo yang bagus ini harus terhalang oleh kacamata yang super tebel ini" Rio berkata sambil melepaskan kacamata dari wajahku. "Rio kembaliin aah, baca buku itu gada batasannya yo" kata ku membela diri. "Elo gamau nyoba nyari cowo gitu, kita ini kan udah kelas 2 SMA, masa lo sampe sekarang gapernah suka sama cowo sih, Cha?" Pertanyaan Rio yang 1 ini selalu membuat ku, gagap untuk menjawabnya. "Emh.. Eng.. Eh, be..belom ada maksudnya, belom ada cowo yang bikin aku kecantol" Jawab ku gugup. Aku selalu membatin Apa kamu ga sadar yo? Kamu yang aku suka selama ini.. Apa masih kurang aku nunjukin rasa suka ku ke kamu? "Oh yaudah deh, berusaha terus yah, Cha. Gue dukung lo kok" Terlihat mimik wajah Rio berubah menjadi sumringah, dan berhasil membuat ku tertawa.

Terdengar suara petikan gitar dari ruang musik di sekolah, dan aku berpikir itu pasti Rio. Aku pun segera mengintip dari jendela. Terlihat Rio sedang mengajari Luna bermain gitar. Deg! Sakit. Itu yang pertama kali aku rasakan saat melihat mereka berdua. Kenapa bukan aku yo, kenapa harus cewe lain..
Aku segera meninggalkan ruang musik dan berlari sekencang-kencang menuju tempat yang biasanya aku gunakan untuk menyendiri. Balkon perpustakaan lantai 3, kalau sudah sore begini, jarang ada siswa yang kesini, maka aku merasa nyaman jika sudah menangis disini. Rio pun tidak mengetahui aku sering kesini, hanya aku yang tahu.
Kepala ku mulai terasa sakit lagi. Bukan sakit kepala biasa, tapi ini sakit kepala yang begitu luar biasa. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon supir ku dan segera pulang.

"Cha.." Terdengar suara wanita yang tidak asing bagi ku, Mama. "Iya ma, kenapa?" tanya ku masih sambil memegangi kepalaku. "Ituh ada Rio sama temennya". "Suruh masuk aja ma"
Lalu terlihat sosok Rio dan.. Luna. Ya, Luna lagi Luna lagi. Sejujurnya aku sangat iri dengan Luna, ia adalah seorang gadis yang sempurna, ia memiliki tubuh tinggi putih layaknya seorang model, mana lagi Luna memiliki paras wajah yang begitu cantik, beda dengan ku. Rio sungguh menyayangi Luna, bagaimana tidak? Luna adalah salah satu gadis yang paling banyak penggemarnya disekolah, Rio sangat berusaha keras untuk mendapatkan Luna, dan sudah selama 10 bulan mereka menjalin hubungan.
"Lo tadi kemana ajasih Cha? gue sama Luna bingung nyariin lo tau" Terlihat Rio sedikit kesal dengan kelakuanku barusan yang tiba-tiba saja meninggalkan mereka disekolah. "Tadi kepala aku pusing, yaudah deh aku pulang duluan, maaf yah gak ngasi tau, hehe" Aku hanya bisa menjawab dengan cengengesan saja. "Kamu gapapa kan Cha? kita khawatir loh" Terdengar suara Luna yang begitu halus. "Engga kenapa-kenapa kok Lun, tenang aja, paling cuma kecapean aja"

detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari dan begitu seterusnya
Rio semakin menyayangi Luna, dan aku pun makin tersakiti dengan keberadaan mereka yang selalu bersama. Beberapa hari menjelang hari jadi Rio dan Luna yang ke-1 tahun, yah.. aku hanya bisa menghela nafas, ternyata Rio begitu menyayangi Luna, sampai-sampai rasa suka yang selama ini aku tunjukan ke Rio terhalang oleh cintanya yang begitu besar.
Pagi ini entah kenapa aku merasa kepala ku begitu berat, sangat berat..
"Ma.. Mama.." panggil ku sambil mencoba untuk bersender di tempat tidur. "Kenapa Cha? Kok belum bangun? Kamu gasekolah?" tanya Mama ku bertubi-tubi. "Obat Ocha mana ma? Kepala Ocha sakit lagi"  "Ha?! Kita kedokter aja yah! Kamu gak usah sekolah, bentar Mama panggilin Papa dulu" Mama hendak beranjak dari kamar ku, tapi langsung saja aku bantah. "Engga mau ma, Ocha mau sekolah, hari ini Ocha ulangan kimia" sebenarnya aku berbohong tentang ulangan ku hari ini, aku ingin sekolah, aku hanya ingin bertemu Rio. "Ulangan nya bisa nyusul kan Cha?!" tanya Mama sedikit kesal, "Engga ma, Ocha ga mau nyusul, pokoknya Ocha mau sekolah! Titik!" Aku segera bangun dari tempat tidur. Dan alhasil, aku mimisan dan hilang kesadaran.

Hem.. Dimana nih? kok putih semua? Mama.. Papa.. Rio.. Kalian dimana sih? Ma.. Pa.. Yo..
ih mereka kemana sih? kok aku ditinggal sendirian? nyebelin ahh!
"Ocha.." terasa seseorang menyentuh pundak ku. "Nenek? Kok nenek disini? Ocha dimana sih nek? kok Mama sama Papa, Ocha panggilin dari tadi gak nyaut-nyaut sih nek? Ocha kan takut sendirian disini" seketika saja aku berbicara panjang lebar. "Ocha.. dengerin nenek, waktu kamu tinggal 3 hari lagi sayang, selama 3 hari itu kamu harus lakukan yang terbaik untuk semua orang yang kamu sayang yah.. nanti kalau nenek jemput kamu, kamu harus mau ikut nenek, kita ketempat orang-orang bahagia sama-sama, disana juga ada kakek" aku masih belum bisa mencerna kata-kata nenek barusan "nah, sekarang kamu bangun yah, temui Mama sama Papa kamu, nenek disini nunggu kamu" belum saja aku sempat menanyakan apa maksud nenek barusan, aku sudah siuman terlebih dahulu. "Cha.. Ocha.. bangun sayang, ini Mama nak, bangun Cha" aku mendengar suara Mama dengan isak tangis yang cukup jelas. "Ma.. Pa.. Ocha dimana?" "Kamu dirumah sakit Cha" Jawab Papa sambil mengusap kepala ku lembut

"Rio, kamu jadikan ngasi kejutan ke Luna diacara promp night besok?". "Jadi dong Cha, makasi yah lo udah bantuin gue sampe sejauh ini, gue sayang deh sama lo" Rio merangkul pundak kecilku. Yah, ini memang biasa dilakukan Rio oleh ku, tetapi aku tahu, ini semua hanya sebuah kasih sayang seorang sahabat. "Tapi yo, sorry banget.. aku ga bisa nonton kamu besok malem" "Loh? kenapa Cha? gue kan kepengen lo juga liat hasil jerih payah lo yang udah bantuin gue, plis nonton ya Cha, ya ya.." Rio memaksa sambil menggoyang-goyangkan pundakku. "Tapi kali ini aku bener-bener gak bisa yo, sorry banget.. Aku harus jenguk tante aku di Belanda, yah, sorry, tapi kapan-kapan aku pengen deh dinyanyiin lagu yang kamu buat itu, hihi" Aku selingi dengan tertawa kecil dan berharap Rio percaya dengan ku. "Yah, yaudah deh gapapa, tapi kalo lo udah pulang ke sini, lo mesti dengerin gue nyanyi, gamau tau gue" Rio pura-pura ngambek denganku, yang hanya bisa membuat ku tertawa.

pukul 10 pagi waktu setempat, aku sudah sampai di Amsterdam bersama kedua orang tua ku, bukan untuk menjenguk Tante ku, melainkan untuk mengobati penyakit leukimia yang sudah beberapa tahun ini menggerogoti tubuh ku. Ya, aku berbohong kepada Rio, aku tak mau ia mengetahui penyakitku ini, bukan karna aku malu mengakuinya, melainkan aku tidak mau Rio mengkhawatirkan keadaan ku.
Sama seperti kemarin, aku sudah berada di dalam ruang inap rumah sakit, masih dengan alat-alat yang menempel ditubuhku. "Ma.. aku boleh minta kertas sama pulpen?" pinta ku, "Buat apa sayang? kamu istirahat aja yah" "Aku cuma pengen nulis aja kok ma, bentar aja, nanti kalau udah selese aku juga istirahat kok" "Yaudah, tapi kamu janji yah, habis ini kamu istirahat" akhirnya Mama mengambilkan ku secarik kertas dan pulpen. Aku mulai menulis. Menulis surat untuk orang yang aku sayangi. "Ma.. tolong kasi surat ini ke Rio yah kalo udah sampe di Indonesia" "Buat apa pake ngasi surat segala sih Cha? terus kenapa harus Mama yang ngasi?" "Kasi aja yah ma, aku mau ngasi kejutan ke Rio" "Kalo gitu, sekarang tepatin janji kamu, ayok istirahat" Mama menyuruh ku sambil sedikit merapikan selimut yang aku pakai. "Mama.. Papa.." "Kenapa Cha?" tanya Mama dan Papa bersamaan. "Ocha sayang Mama sama Papa, Ocha tidur dulu yah" Aku hanya bisa memeluk mereka sambil mengucapkan kata sayang.

"Ocha.. bangun Cha.. Ayok ikut nenek" terlihat nenek sudah menunggu didepan pintu ruanganku, tanpa pikir panjang lagi aku segera saja mengikuti nenek keluar dan tak tahu kemana. Aku melihat kedua orang tua ku begitu panik. Mungkin karena alat deteksi jantung ku hanya memperlihatkan garis lurus yang tandanya, bahwa Ocha sudah tidak ada lagi di dalam tubuh itu. Ya, sekarang aku mengerti maksud nenek dimimpi ku beberapa waktu lalu. Selamat tinggal Mama, Papa, Rio, aku sayang kalian..

"Hey Cha, lo boong kan sama gue, katanya lo mau dengerin gue nyanyi? mana janji lo? lo malah ga balik-balik kesini. gue kesepian gada lo Cha. Hem.. Kenapa sih lo ga pernah cerita ini ke gue? gue juga sayang kok sama lo, tapi maaf.. gue cuma sayang lo sebagai sahabat gue, gak lebih. Kalo gitu lo dengerin gue nyanyi aja yah, gue baru nyiptain lagu baru nih, khusus buat lo" Aku melihat Rio berbicara sendiri di depan batu nisan yang bertuliskan "Rosayu Putri" itu aku, Rio sedang berusaha berbicara dengan ku, tapi apa daya kami sudah berbeda. Rio mulai menyanyi lagu yang ia ciptakan untuk ku, aku hanya bisa menikmati lagu itu dari sini..

Dear Rio, 
Yo.. ini Ocha, aku mau minta maaf dulu sebelumnya kekamu, sebenernya aku boong mau jenguk tante ku ke Belanda, hehe.. sebenernya aku mau ngobatin penyakit ku yang selama ini diem di badan aku. Aku juga sebel sama ini penyakit, kenapa harus aku? hem, yaudah sih ya.. 
aku kena penyakit leukimia dari kelas 1 smp, wuah udah lama banget yah? sampe sekarang, ini udah stadium akhir, parah sebenernya, tapi aku ga pengen kamu khawatir atau kasian sama aku, jadi aku ga ngasi tau kamu deh, hehe
gimana dengan promp night kamu? semoga berhasil yah, semoga tambah langgeng sama Luna walau aku sakit ngeliat kalian berdua. Ngerti kan maksud aku? sebenernya aku sayang sama kamu, sayang sebagai seorang wanita ke pria yang dicintainya bukan sayang seorang sahabat yang biasanya kamu beri ke aku. Kamu benar-benar orang yang spesial buat aku Yo, tau kenapa ? kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku, hihi, lebay mungkin yah tapi ini seriusan loh..
oiya, aku juga mau bilang makasi buat semua yang udah kamu beri ke aku selama ini
yaudah deh, aku cape nih, mau tidur dulu, udah yah yo..
semoga kita bisa ketemu lagi, entah itu dimana, kapan, dan kita sebagai siapa
Rosayu Putri

---

wah.. ini kenapa ceritanya jadi mirip kaya "Heart" yah? ckck, yaudahlah gapapa yah, udah setengah nulis baru sadar, jadi aku lanjutin aja hehe
kesamaan nama, tempat, waktu atau apapun itu, tolong dimaafkan yah, hoho
oke, segitu deh story pertama ku, semoga suka yah

No comments:

Post a Comment